Gua Hira adalah tempat bersejarah di Gunung Jabal Nur di Makkah, Arab Saudi, di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril (Gabriel). Kejadian ini terjadi saat Nabi Muhammad SAW sedang beribadah dan merenung di gua tersebut.
Gua Hira sejak saat itu menjadi salah satu tempat yang sangat penting dalam sejarah Islam, dan banyak umat Islam yang melakukan ziarah ke tempat ini untuk merenung dan mengenang peristiwa penting tersebut. Meskipun awalnya hanya dikenal oleh sebagian kecil orang, seiring berjalannya waktu, Gua Hira menjadi salah satu objek wisata populer di Arab Saudi.
Banyak umat Islam meyakini bahwa Rasulullah SAW menerima wahyu pertama kali pada tanggal 17 Ramadan. Malam tersebut dikenal sebagai “Lailatul Qadr” atau “Malam Kemuliaan.” Lailatul Qadr dianggap sebagai malam di mana Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pendapat ini didasarkan pada beberapa riwayat hadis yang menyebutkan bahwa malam Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadan, dan sering kali dikaitkan dengan tanggal 17 Ramadan. Meskipun ada variasi dalam pendapat dan perbedaan interpretasi di antara berbagai sumber, banyak muslim yang merayakan malam Lailatul Qadr dengan ibadah, doa, dan merenungkan keagungan Allah SWT.
Letaknya yang dekat dengan Masjidil Haram membuatnya menjadi tempat yang mudah diakses oleh para pengunjung yang datang ke Makkah. Ketinggian Jabal Nur yang mencapai 640 meter di atas permukaan laut juga memberikan pengalaman yang unik, terutama dengan pemandangan indah kota Makkah yang dapat dinikmati dari ketinggian tersebut.
Perjalanan menuju Gua Hira memang mungkin tidak mudah, dengan medan yang terjal dan menanjak, namun hal ini menambah nilai spiritual perjalanan bagi para pengunjung. Pengalaman perjalanan seperti itu seringkali dianggap sebagai bentuk ujian dan pengorbanan yang dapat memperkuat ikatan spiritual antara individu dengan Tuhan.
Gua Hira juga sebagai tempat khalwat (menyendiri) bagi Rasulullah SAW menunjukkan betapa pentingnya kehidupan spiritual dan ketekunan beliau sebelum ditugaskan sebagai rasul. Malaikat Jibril yang turun pertama kali di Gua Hira dengan wahyu pertama menandai awal dari wahyu-wahyu yang kemudian akan disampaikan kepada Rasulullah selama periode kenabiannya.
Cerita Gua Hira di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama sangat penting dalam sejarah Islam. Surah Al-Alaq ayat 1-5 merupakan bagian dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Wahyu tersebut dimulai dengan kata “Iqra” yang berarti “Bacalah.”
Gua Hira adalah tempat yang terpencil dan dianggap sebagai tempat yang cocok untuk beribadah dan menyendiri.
Di Gua Hira, Nabi Muhammad SAW sering menjalani periode khalwat (menyendiri) untuk beribadah dan merenungkan kehidupan dan alam semesta. Pada malam yang kemudian dikenal sebagai Lailatul Qadr, atau Malam Kemuliaan, yang terjadi pada bulan Ramadan, ketika Nabi Muhammad berusia sekitar 40 tahun, peristiwa yang sangat besar terjadi.
Malaikat Jibril (Gabriel) turun dengan perintah pertama Allah SWT. Wahyu dimulai dengan kata-kata yang sekarang terdapat di awal surah Al-Alaq (96) ayat 1-5:
- Bacalah (wahai Muhammad), dengan nama Tuhanmu yang menciptakan,
- Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
- Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah,
- Yang mengajar manusia melalui pena,
- Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Nabi Muhammad SAW, yang tidak bisa membaca atau menulis, diperintahkan untuk membaca. Inilah awal dari serangkaian wahyu yang kemudian membentuk Al-Qur’an. Malaikat Jibril memberikan wahyu ini dalam beberapa kunjungan berturut-turut selama periode waktu yang cukup panjang.
Menerima wahyu pertama ini sangat mengguncang Nabi Muhammad SAW, dan dia kembali ke rumahnya dengan hati berdebar-debar. Istri beliau, Khadijah, adalah orang pertama yang mendukung dan meyakini wahyu yang diterima oleh suaminya. Peristiwa ini menjadi titik awal dari kenabiannya dan misi menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia.